Pelopor WEB
1.Paul Marie
Ghislain otlet
(pengucapan Perancis: [ɔtle] , Inggris: / ɒtleɪ / )
(23 Agustus 1868-10 December 1944) adalah seorang penulis, pengusaha, visioner,
pengacara dan aktivis perdamaian, ia adalah salah satu dari beberapa orang yang
telah dipertimbangkan ayah dari ilmu
informasi , bidang yang ia sebut "dokumentasi". Otlet
created the Universal
Decimal Classification , one of the most prominent examples of faceted
classification . Otlet menciptakan Klasifikasi
Desimal Universal , salah satu contoh yang paling menonjol dari segi
klasifikasi . Otlet was responsible for the
widespread adoption in Europe of the standard American 3x5 inch index
card used until recently in most library catalogs around the world (by now
largely displaced by the advent of online public access catalogs (OPAC)). Otlet bertanggung
jawab untuk adopsi luas di Eropa Amerika standar 3x5 inch kartu
indeks yang digunakan hingga saat ini dalam katalog perpustakaan paling di
seluruh dunia (sekarang sebagian besar digantikan oleh munculnya online katalog akses publik (OPAC)). Otlet
wrote numerous essays on how to collect and organize the world's knowledge,
culminating in two books, the Traité de documentation. (1934) and Monde:
Essai d'universalisme. (1935) Otlet banyak menulis esai tentang
bagaimana mengumpulkan dan mengatur dunia pengetahuan, yang memuncak dalam dua
buku, dokumentasi Traité de:. (1934) dan Monde d'universalisme. Essai
(1935)
In 1907, following a huge international conference, Henri
La Fontaine and Otlet created the Central Office of International
Associations, which was renamed to the Union
of International Associations in 1910, and which is still located in Brussels
. Pada tahun 1907, mengikuti
konferensi internasional besar, Henri
La Fontaine dan otlet menciptakan Kantor Pusat Asosiasi Internasional, yang
berganti nama dengan Uni
Asosiasi Internasional pada tahun 1910, dan yang masih terletak di Brussel
. They also created a great international center called at
first Palais Mondial (World Palace), later, the Mundaneum
to house the collections and activities of their various organizations and
institutes. Mereka juga menciptakan sebuah pusat internasional yang
besar disebut di Mondial Palais pertama (World Istana), kemudian, Mundaneum
ke rumah koleksi dan aktivitas berbagai organisasi dan lembaga.
Otlet was also an idealist and peace activist, pushing
internationalist political ideas that were embodied in the League
of Nations and its International
Institute for Intellectual Cooperation (forerunner of UNESCO
), working alongside his colleague Henri
La Fontaine , who won the Nobel
Peace Prize in 1913, to achieve their ideas of a new world polity that they
saw arising from the global diffusion of information and the creation of new
kinds of international organization. Otlet juga seorang aktivis idealis dan perdamaian, mendorong
ide-ide politik internasionalis yang terkandung dalam Liga
Bangsa-Bangsa serta Institut
Internasional untuk Intelektual Kerjasama (pendahulu UNESCO
), bekerja bersama rekannya Henri
La Fontaine , yang memenangkan Hadiah
Nobel Perdamaian pada tahun 1913 , untuk mencapai ide-ide mereka sebuah
pemerintahan dunia baru bahwa mereka melihat timbul dari difusi global
informasi dan penciptaan jenis baru organisasi internasional.
2. Konsep Vannevar Bush
Vannevar Bush
menulis sebuah artikel di tahun 1945, berjudul ‘As We May Think’ di sebuah
majalah ilmiah populer, Atlantic Monthly. Di dalam artikel tersebut, Bush
bercerita tentang alat impiannya, berupa sebuah ‘meja kerja’ untuk para ilmuwan
yang diberinama MEMEX (baca ‘mi.meks’). Meja ini memiliki layar kaca dan
merupakan sebuah ‘mesin memori’ yang dapat menyimpan semua berkas, artikel,
buku bacaan, dan surat-menyurat seorang ilmuwan. Dalam bayangan Bush, mesin ini
adalah gabungan dari berbagai mesin film-mikro (microfilm), sebab di jaman itu
orang belum lagi berpikir tentang komputer-meja (desktop computer). Pemilik
mesin ini akan bekerja (mengetik, membaca, berpikir, memeriksa, menganalisa)
dengan berbagai berkas film-mikro yang saling berhubungan secara otomatis. Dia
dapat membuka dan menutup berkas dengan mudah, sesuai kebutuhannya.
Impian Vannevar Bush inilah yang mendorong Douglas Engelbart, seorang peneliti di Stanford Research Institute, California, untuk menciptakan konsep tentang mesin yang membantu kegiatan kognitif manusia (kegiatan berpikir, terutama dengan saling menghubung-hubungkan berbagai konsep). Dia lalu memunculkan konsep hypertext dan menerapkan konsep itu pada sebuah sistem informasi elektronik (kali ini sudah berbantuan komputer). Dia juga merancang perangkat yang kini kita kenal dengan nama mouse itu. Hasil karyanya ini didemonstrasikan pada tahun 1968 dan masih dapat dilihat di situs Stanford[1].
Ted Nelson mengikuti dengan seksama pikiran-pikiran Bush dan Engelbart, dan dia pun membuat proyek sendiri yang diberinya nama Xanadu Project. Walaupun Engelbart adalah orang yang sebenarnya pertamakali berpikir serius tentang hypertext, namun Nelson lah yang lebih sering dikaitkan dengan konsep ini, karena dia menulis banyak sekali artikel tentang Xanadu. Boleh dikatakan, Xanadu adalah impian yang sangat komplit tentang sebuah jaringan raksasa berisi berbagai teks, foto, film, dan suara yang saling berkaitan, sambung-menyambung, menjadi sebuah mesin raksasa. Lalu, setiap orang, dari mana saja, dapat menggunakan mesin ini untuk mengambil data dan informasi bagi keperluan pribadi maupun keperluan pekerjaan. Bayangan Nelson ini tentu saja sekarang tak asing lagi, setelah akhirnya Internet menjadi realitas. Namun, Xanadu Project itu sendiri akhirnya terbengkalai dan dihentikan.
Sementara itu, Tim Berners-Lee yang bekerja di sebuah laboratorium di Geneva, Switzerland, ikut terpesona oleh ide-ide tentang hypertext. Dia membuat sebuah program komputer yang dirancang untuk menyimpan berbagai jenis data dan informasi, lalu membuat kaitan di antara mereka secara acak. Pada tahun 1989 dia mengusulkan secara gagah-berani agar konsep hypertextuality diperluas menjadi jaringan global agar orang-orang dari berbagai belahan dunia dapat bekerja sama saling bertukar informasi. Dia lah yang mengusulkan, agar jaringan itu diberi nama world wide web. Sekarang, usulan Berners-Lee sudah jadi kenyataan.
Impian Vannevar Bush inilah yang mendorong Douglas Engelbart, seorang peneliti di Stanford Research Institute, California, untuk menciptakan konsep tentang mesin yang membantu kegiatan kognitif manusia (kegiatan berpikir, terutama dengan saling menghubung-hubungkan berbagai konsep). Dia lalu memunculkan konsep hypertext dan menerapkan konsep itu pada sebuah sistem informasi elektronik (kali ini sudah berbantuan komputer). Dia juga merancang perangkat yang kini kita kenal dengan nama mouse itu. Hasil karyanya ini didemonstrasikan pada tahun 1968 dan masih dapat dilihat di situs Stanford[1].
Ted Nelson mengikuti dengan seksama pikiran-pikiran Bush dan Engelbart, dan dia pun membuat proyek sendiri yang diberinya nama Xanadu Project. Walaupun Engelbart adalah orang yang sebenarnya pertamakali berpikir serius tentang hypertext, namun Nelson lah yang lebih sering dikaitkan dengan konsep ini, karena dia menulis banyak sekali artikel tentang Xanadu. Boleh dikatakan, Xanadu adalah impian yang sangat komplit tentang sebuah jaringan raksasa berisi berbagai teks, foto, film, dan suara yang saling berkaitan, sambung-menyambung, menjadi sebuah mesin raksasa. Lalu, setiap orang, dari mana saja, dapat menggunakan mesin ini untuk mengambil data dan informasi bagi keperluan pribadi maupun keperluan pekerjaan. Bayangan Nelson ini tentu saja sekarang tak asing lagi, setelah akhirnya Internet menjadi realitas. Namun, Xanadu Project itu sendiri akhirnya terbengkalai dan dihentikan.
Sementara itu, Tim Berners-Lee yang bekerja di sebuah laboratorium di Geneva, Switzerland, ikut terpesona oleh ide-ide tentang hypertext. Dia membuat sebuah program komputer yang dirancang untuk menyimpan berbagai jenis data dan informasi, lalu membuat kaitan di antara mereka secara acak. Pada tahun 1989 dia mengusulkan secara gagah-berani agar konsep hypertextuality diperluas menjadi jaringan global agar orang-orang dari berbagai belahan dunia dapat bekerja sama saling bertukar informasi. Dia lah yang mengusulkan, agar jaringan itu diberi nama world wide web. Sekarang, usulan Berners-Lee sudah jadi kenyataan.
3.Engelbart
Programming Toolkits (Alat Bantu PemrogramanSekitar awal tahun 1950-an, komputer dianggap sebagai suatu teknologi yang kompleks sehingga hanya orang dengan intelektualitas tertentu saja yang mampumemanipulasinya. Douglas Engelbart, sesorang lulusan UCLA Berkeley, berpendapat bahwa dengan meningkatkan kemampuan manusia, berarti bertambah pula kapabilitas manusia untuk memecahkan masalah yang kompleks. Oleh karena itu, peralatan komputasi untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah perlu dilengkapi dengan alat bantu (tools) yang tepat. Untuk itu, diadakan riset dengan sebuah tim untuk membangun alat bantu pemrograman (programming tools). Dari alat bantu pemrograman ini dapat dibuat alat bantu lain yang lebih besar cakupannya dan akhirnya programer dapat membangun sistem interaktif atau sistem lain yang lebih kompleks.__
Programming Toolkits (Alat Bantu PemrogramanSekitar awal tahun 1950-an, komputer dianggap sebagai suatu teknologi yang kompleks sehingga hanya orang dengan intelektualitas tertentu saja yang mampumemanipulasinya. Douglas Engelbart, sesorang lulusan UCLA Berkeley, berpendapat bahwa dengan meningkatkan kemampuan manusia, berarti bertambah pula kapabilitas manusia untuk memecahkan masalah yang kompleks. Oleh karena itu, peralatan komputasi untuk membantu manusia dalam memecahkan masalah perlu dilengkapi dengan alat bantu (tools) yang tepat. Untuk itu, diadakan riset dengan sebuah tim untuk membangun alat bantu pemrograman (programming tools). Dari alat bantu pemrograman ini dapat dibuat alat bantu lain yang lebih besar cakupannya dan akhirnya programer dapat membangun sistem interaktif atau sistem lain yang lebih kompleks.__
Sesungguhnya
yang dimaksud sistem informasi tidak harus melibatkan komputer, sistem
informasi yang menggunakan komputer biasa disebut sistem informasi berbasis
komputer (computer based information system atau CBIS), tetapi dalam
prakteknya sistem informasi lebih sering dikait-kaitkan dengan komputer.
Berikut beragam definisi
sistem informasi :
1. Turban, McLean, dan Wetherbe (1999)
Sistem informasi adalah sebuah
sistem informasi yang mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik.
2. Bodnar dan HopWood (1993)
Sistem informasi adalah kumpulan perangkat
keras dan lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk
informasi yang berguna.
3. Alter (1992)
Sistem informasi adalah kombinasi
antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang
diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan.
______________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar